Senin, 30 Mei 2016

Surat Kecil Untuk Sahabat Mahbub Junaidi




Oleh: Nasrudin el-Zain
Assalamualaikum wr.wb.
Yang saya hormati dan saya kagumi sahabat Mahbub Junaidi, mohon maaf bukan bermaksut untuk lancang atau ingin mengganggu istirahat panjang Anda, dan maafkan saya jika telah mengganggu ketentraman anda di alam sana. Kang, saya sengaja menulis surat ini kepada anda meskipun saya tahu jika anda sudah tidak bisa lagi untuk membacanya secara langsung, namun saya yakin jika Tuhan melalui malaikatnya akan menyampaikan surat ini kepada anda. Iya, benar anda kang Mahbub Junaidi bukan yang lain. Bahkan dalam bayangan saya kang Mahbub masih ada sehingga akan membacanya sendiri surat ini dan bukan lagi melalui malaikat-malaikat itu.
Saya sengaja memanggil anda ‘kang’ sebab banyak orang biasa memanggil anda dengan sebutan kang Mahbub Junaidi, kata itu sengaja saya gunakan agar saya dengan anda lebih terlihat akrab kang meskipun selisih usia saya dengan anda sangatlah jauh dan memang tradisi ditempat saya sebagai kader PMII biasa memanggil senior itu dengan sebutan kang. Namun sekali lagi mohon maaf jika kata itu membuat telinga anda terasa geli dan risih mendengarnya.
Kang, jika saya boleh jujur pertama kali dikenalkan dengan nama dan sedikit sejarah tentang dirimu dalam materi mapaba saya dulu, saya merasa lenyap dalam lamunan dan ingin rasanya aku hidup pada waktu itu kang. Saya ingin berjuang dan merasakan susah senangnya dalam merintis organisasi  PMII bersamamu pada kala itu kang, dan tentu aku bisa belajar menulis pada kang Mahbub biar tulisan saya bisa menarik seperti tulisan anda yang tak pernah bosannya orang untuk membaca .  
Owh iya kang, hari ini Minggu 17 April 2016 organisasi pada era 60-an yang anda bentuk dan dirikan bersama sahabat-sahabat PMII yang lain sudah menginjak usia ke-56 Tahun loh, tentu anda dan sahabat-sahabat yang lain akan bangga melihat perkembangan organisasi era 60-an itu pada saat ini kang. Sebab organisasi yang dulu hanya berada pada beberapa titik kota di Indonesia ini sekarang sudah meluas dan bahkan hampir semua kota di Indonesia terdapat cabang organisasi PMII ini. Namun perkembangan ini tidak bisa dijadikan tolak ukur atas keberhasilan organisasi ini kang, sebab setahu saya tujuan dari organisasi ini ialah terbentuknya pribadi muslim Indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya dan komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia. Dan dalam perkembangan ini kader PMII lengah dalam mengawal dan memperjuangkan cita-cita  kemerdekaan Indonesia, pasalnya masih banyak masyarakat Indonesia khususnya daerah pinggiran yang hidupnya masih dibawah kata layak. Dalam artian kemerdekaan Indonesia disini masih belum merata dan menyeluruh sehingga bisa dibilang yang merdeka itu baru pejabat-pejabat negaranya saja. 
Selogan “dari rakyat untuk rakyat dan oleh rakyat” belum sepenuhnya direalisasikan  oleh pemerintah dan itu terbukti masih banyaknya pejabat negara yang terjerat kasus korupsi. Kelengahan itu dikarenakan kita lebih sering disibukkan oleh konflik-konflik internal dalam kubu PMII sendiri. Kini kader-kader PMII juga banyak yang buta wacana sehingga mereka hanya menjadi kader grudak-gruduk. Jika  dulu anda sering mengkritisi pemerintahan dan membuat masyarakat tergelitik melalui tulisan-tulisan anda, mungkin jika anda masih ada untuk saat ini maka anda akan balik kanan dan mengkritisi PMII sendiri dan mungkin anda akan bilang insaf kader PMII. Kang maafkan saya jika mengabarkan hal yang mengusik ketenangan anda dialam sana dan mungkin ini bisa membuat anda menangis darah atas tingkah ulah dari kader PMII yang sekarang ini. 
Tak hanya itu, jika dulu anda sering memanfaatkan rubrik yang tersedia dalam Koran kompas setiap minggunya hanya untuk mengajak masyarakat berpikir dan mengerti realita yang sebenarnya kini rubrik-rubrik itu makin sering dan banyak orang-orang gunakan hanya untuk pencitraan dirinya maupun kelompoknya. Sungguh luar biasa semangatmu waktu itu dalam mewarnai dunia intelektual muda kang, sehingga itu yang membuat kami merindukan sosok-sosok bertalenta seperti dirimu. Kami kader PMII rindu ide-ide serta humoris anda dalam bentuk tulisan seperti yang pernah anda publikasikan dalam Koran Kompas atau yang sekarang menjadi buku asal-usul itu kang.
Yang membuat saya kagum pada anda sebagai anak muda waktu itu bukan hanya intelektual anda saja, namun anda juga telah membuat anak muda lainnya mengerti dan berpikir bagaimana menjadi anak muda yang seharusnya serta yang bertalenta itu. Melalui ide-ide kreatif dan gaya bahasa khas humoris yang berada dalam setiap tulisan, anda seperti seorang ustadz atau dai yang menyadarkan dan memeluk manusia lain sehingga setiap orang yang membacanya merasakan suasana hangatnya persahabatan.
Kang, andai saja kang Mahbub dapat hadir dalam hadapan saya secara langsung banyak yang ingin saya tanyakan dan pelajari dari kang Mahbub. Dan tentu saya akan merasa senang sekali dapat bertemu dan belajar langsung padamu kang. Selain itu anda juga akan melihat secara langsung besarnya harapan saya akan perjumpaan ini.
Tahun ini, acara harmah PMII ke-56 yang telah diperingati di daerah masing-masing merupakan suatu bukti patuh dan komitmennya kader PMII terhadap organisasi, meskipun tak semeriah dan sebuming acara tahun-tahun kemarin namun itu merupakan bentuk kecintaan kami semua terhadap organisasi PMII. ouh iya kang, saya berpikir andai saja kang Mahbub masih ada mungkin kang Mahbub akan menuliskan sebuah tulisan yang sangat indah dan menarik sebagai kado terindah untuk hari lahir PMII dalam tahun ini. dan tentu anda akan mempublikasikan tulisan tersebut melalui Koran yang biasa menjadi langganan untuk tulisan-tulisan anda sehingga akan banyak kader yang bisa untuk menikmati tulisan tersebut. jika itu  benar terjadi tentu bukan hanya kader-kader PMII  yang merasa senang, tapi ke-13 sahabat kang Mahbub yang dulu ikut berjuang bersama andapun akan  merasakan senang yang luar biasa. Tapi sayang kang, itu hanyalah sebuah harapan palsu saja yang selama ini menjadi angan-angan saya sebab tidak mungkin dan sangatlah mustahil.
Bila saja itu terjadi, meskipun bukan kang Mahbub yang menuliskan mungkin anda dan sahabat yang lain akan merasa sangat bangga terhadap kader –kader PMII, namun sayang sepanjang pengamatan saya baik sebelum, sesudah, maupun waktu puncaknya tak ada kader yang merealisasikan hal tersebut. Sehingga tak terdapat surat kabar Koran baik itu Kompas sendiri yang dulu biasa menjadi langganan kang Mahbub maupun Jawa Pos sekalipun, tapi entah jika kado-kado tersebut mereka publikasikan lewat media lain tentu kang Mahbub dan para sahabat yang lain lebih dapat mengerti dari pada saya. Jujur, sebagai kader awam yang belum bisa apa-apa saya masih belum berani untuk menjalankan hal arif tersebut. Sebab hal ini bukanlah hal yang enteng dan semua kader bisa melakukannya apalagi yang seperti saya ini. toh, jika saya menulisnya mungkin saya akan lebih pede untuk menyimpannya sebagai dokumen pribadi dari pada harus mempublikannya ke khalayak umum sebab masih terdapat  banyak tulisan dari kader-kader yang lain yang mungkin itu lebih indah dan menarik untuk dibaca orang banyak. 
Hal inilah yang mendasari kuat pada diri saya untuk bertemu dan belajar kepada anda kang Mahbub Junaidi secara langsung tentang bagaimana cara menulis agar tusian itu dapat terlihat menarik sehingga orang mau untuk membacanya maupun bagaimana cara mengurus organisasi PMII ini agar sesuai dengan tujuan para pendiri PMII dan biar tidak keluar dari kithoh yang telah ditetapkan organisasi ini.
Kang, mungkin ini dulu surat  yang saya tuliskan dan jika kang Mahbub berkenan hadir dalam mimpiku mala mini maka saya akan bererita lebih banyak lagi tentang sedih senangnya dalam mengurus organisasi ini, dan jika berkenan juga hadirkan jiwa-jiwa kang Mahbub Junaidi dalam setiap tetes tinta yang tergores dari tangan ini agar tulisan-tulisan saya bisa seperti tulisan anda sehingga banyak orang yang meminati. Dari saya kader yang selalu mengagumimu dan kader-kader PMII yang lain do’a kami tak akan pernah putus untuk kang Mahbub Junaidi dan sahabat-sahabat yang lain.

Waullohulmuafikilaa’wamittoriq
Wasalamualaikum wr.wb.
                                                                                                
                                                                                  Tulungagung, 17 April 2016
                                                                                              
                                                       Nasrudin el-Zain