Oleh: Nasrudin el-Zain
Assalamualaikum wr.wb.
Yang
saya hormati dan saya kagumi sahabat Mahbub Junaidi, mohon maaf bukan bermaksut
untuk lancang atau ingin mengganggu istirahat panjang Anda, dan maafkan saya
jika telah mengganggu ketentraman anda di alam sana. Kang, saya sengaja menulis
surat ini kepada anda meskipun saya tahu jika anda sudah tidak bisa lagi untuk
membacanya secara langsung, namun saya yakin jika Tuhan melalui malaikatnya akan
menyampaikan surat ini kepada anda. Iya, benar anda kang Mahbub Junaidi bukan
yang lain. Bahkan dalam bayangan saya kang Mahbub masih ada sehingga akan
membacanya sendiri surat ini dan bukan lagi melalui malaikat-malaikat itu.
Saya
sengaja memanggil anda ‘kang’ sebab banyak orang biasa memanggil anda dengan sebutan
kang Mahbub Junaidi, kata itu sengaja saya gunakan agar saya dengan anda lebih
terlihat akrab kang meskipun selisih usia saya dengan anda sangatlah jauh dan
memang tradisi ditempat saya sebagai kader PMII biasa memanggil senior itu
dengan sebutan kang. Namun sekali lagi mohon maaf jika kata itu membuat telinga
anda terasa geli dan risih mendengarnya.
Kang,
jika saya boleh jujur pertama kali dikenalkan dengan nama dan sedikit sejarah
tentang dirimu dalam materi mapaba saya dulu, saya merasa lenyap dalam lamunan
dan ingin rasanya aku hidup pada waktu itu kang. Saya ingin berjuang dan
merasakan susah senangnya dalam merintis organisasi PMII bersamamu pada kala itu kang, dan tentu
aku bisa belajar menulis pada kang Mahbub biar tulisan saya bisa menarik
seperti tulisan anda yang tak pernah bosannya orang untuk membaca .
Owh iya
kang, hari ini Minggu 17 April 2016 organisasi pada era 60-an yang anda bentuk
dan dirikan bersama sahabat-sahabat PMII yang lain sudah menginjak usia ke-56
Tahun loh, tentu anda dan sahabat-sahabat yang lain akan bangga melihat
perkembangan organisasi era 60-an itu pada saat ini kang. Sebab organisasi yang
dulu hanya berada pada beberapa titik kota di Indonesia ini sekarang sudah
meluas dan bahkan hampir semua kota di Indonesia terdapat cabang organisasi
PMII ini. Namun perkembangan ini tidak bisa dijadikan tolak ukur atas
keberhasilan organisasi ini kang, sebab setahu saya tujuan dari organisasi ini
ialah terbentuknya pribadi muslim Indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT,
berbudi luhur, berilmu, cakap dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya
dan komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia. Dan dalam
perkembangan ini kader PMII lengah dalam mengawal dan memperjuangkan
cita-cita kemerdekaan Indonesia,
pasalnya masih banyak masyarakat Indonesia khususnya daerah pinggiran yang
hidupnya masih dibawah kata layak. Dalam artian kemerdekaan Indonesia disini
masih belum merata dan menyeluruh sehingga bisa dibilang yang merdeka itu baru
pejabat-pejabat negaranya saja.
Selogan
“dari rakyat untuk rakyat dan oleh rakyat” belum sepenuhnya direalisasikan oleh pemerintah dan itu terbukti masih
banyaknya pejabat negara yang terjerat kasus korupsi. Kelengahan itu dikarenakan
kita lebih sering disibukkan oleh konflik-konflik internal dalam kubu PMII
sendiri. Kini kader-kader PMII juga banyak yang buta wacana sehingga mereka
hanya menjadi kader grudak-gruduk. Jika
dulu anda sering mengkritisi pemerintahan dan membuat masyarakat
tergelitik melalui tulisan-tulisan anda, mungkin jika anda masih ada untuk saat
ini maka anda akan balik kanan dan mengkritisi PMII sendiri dan mungkin anda
akan bilang insaf kader PMII. Kang maafkan saya jika mengabarkan hal yang
mengusik ketenangan anda dialam sana dan mungkin ini bisa membuat anda menangis
darah atas tingkah ulah dari kader PMII yang sekarang ini.
Tak
hanya itu, jika dulu anda sering memanfaatkan rubrik yang tersedia dalam Koran
kompas setiap minggunya hanya untuk mengajak masyarakat berpikir dan mengerti
realita yang sebenarnya kini rubrik-rubrik itu makin sering dan banyak
orang-orang gunakan hanya untuk pencitraan dirinya maupun kelompoknya. Sungguh
luar biasa semangatmu waktu itu dalam mewarnai dunia intelektual muda kang,
sehingga itu yang membuat kami merindukan sosok-sosok bertalenta seperti
dirimu. Kami kader PMII rindu ide-ide serta humoris anda dalam bentuk tulisan
seperti yang pernah anda publikasikan dalam Koran Kompas atau yang sekarang
menjadi buku asal-usul itu kang.
Yang
membuat saya kagum pada anda sebagai anak muda waktu itu bukan hanya
intelektual anda saja, namun anda juga telah membuat anak muda lainnya mengerti
dan berpikir bagaimana menjadi anak muda yang seharusnya serta yang bertalenta
itu. Melalui ide-ide kreatif dan gaya bahasa khas humoris yang berada dalam
setiap tulisan, anda seperti seorang ustadz atau dai yang menyadarkan dan
memeluk manusia lain sehingga setiap orang yang membacanya merasakan suasana
hangatnya persahabatan.
Kang,
andai saja kang Mahbub dapat hadir dalam hadapan saya secara langsung banyak
yang ingin saya tanyakan dan pelajari dari kang Mahbub. Dan tentu saya akan
merasa senang sekali dapat bertemu dan belajar langsung padamu kang. Selain itu
anda juga akan melihat secara langsung besarnya harapan saya akan perjumpaan
ini.
Tahun
ini, acara harmah PMII ke-56 yang telah diperingati di daerah masing-masing
merupakan suatu bukti patuh dan komitmennya kader PMII terhadap organisasi,
meskipun tak semeriah dan sebuming acara tahun-tahun kemarin namun itu
merupakan bentuk kecintaan kami semua terhadap organisasi PMII. ouh iya kang,
saya berpikir andai saja kang Mahbub masih ada mungkin kang Mahbub akan
menuliskan sebuah tulisan yang sangat indah dan menarik sebagai kado terindah
untuk hari lahir PMII dalam tahun ini. dan tentu anda akan mempublikasikan
tulisan tersebut melalui Koran yang biasa menjadi langganan untuk
tulisan-tulisan anda sehingga akan banyak kader yang bisa untuk menikmati
tulisan tersebut. jika itu benar terjadi
tentu bukan hanya kader-kader PMII yang
merasa senang, tapi ke-13 sahabat kang Mahbub yang dulu ikut berjuang bersama
andapun akan merasakan senang yang luar
biasa. Tapi sayang kang, itu hanyalah sebuah harapan palsu saja yang selama ini
menjadi angan-angan saya sebab tidak mungkin dan sangatlah mustahil.
Bila
saja itu terjadi, meskipun bukan kang Mahbub yang menuliskan mungkin anda dan
sahabat yang lain akan merasa sangat bangga terhadap kader –kader PMII, namun
sayang sepanjang pengamatan saya baik sebelum, sesudah, maupun waktu puncaknya
tak ada kader yang merealisasikan hal tersebut. Sehingga tak terdapat surat
kabar Koran baik itu Kompas sendiri yang dulu biasa menjadi langganan kang
Mahbub maupun Jawa Pos sekalipun, tapi entah jika kado-kado tersebut mereka
publikasikan lewat media lain tentu kang Mahbub dan para sahabat yang lain
lebih dapat mengerti dari pada saya. Jujur, sebagai kader awam yang belum bisa
apa-apa saya masih belum berani untuk menjalankan hal arif tersebut. Sebab hal
ini bukanlah hal yang enteng dan semua kader bisa melakukannya apalagi yang
seperti saya ini. toh, jika saya menulisnya mungkin saya akan lebih pede untuk
menyimpannya sebagai dokumen pribadi dari pada harus mempublikannya ke khalayak
umum sebab masih terdapat banyak tulisan
dari kader-kader yang lain yang mungkin itu lebih indah dan menarik untuk
dibaca orang banyak.
Hal
inilah yang mendasari kuat pada diri saya untuk bertemu dan belajar kepada anda
kang Mahbub Junaidi secara langsung tentang bagaimana cara menulis agar tusian
itu dapat terlihat menarik sehingga orang mau untuk membacanya maupun bagaimana
cara mengurus organisasi PMII ini agar sesuai dengan tujuan para pendiri PMII
dan biar tidak keluar dari kithoh yang telah ditetapkan organisasi ini.
Kang,
mungkin ini dulu surat yang saya
tuliskan dan jika kang Mahbub berkenan hadir dalam mimpiku mala mini maka saya
akan bererita lebih banyak lagi tentang sedih senangnya dalam mengurus
organisasi ini, dan jika berkenan juga hadirkan jiwa-jiwa kang Mahbub Junaidi
dalam setiap tetes tinta yang tergores dari tangan ini agar tulisan-tulisan
saya bisa seperti tulisan anda sehingga banyak orang yang meminati. Dari saya
kader yang selalu mengagumimu dan kader-kader PMII yang lain do’a kami tak akan
pernah putus untuk kang Mahbub Junaidi dan sahabat-sahabat yang lain.
Waullohulmuafikilaa’wamittoriq
Wasalamualaikum
wr.wb.
Tulungagung, 17 April 2016
Nasrudin el-Zain
Tidak ada komentar:
Posting Komentar