Senin, 18 April 2016

Blitar Kuto Cilik Kang Kawentar




Ora mokal Blitar dadi kembang lambe
Ora mokal akeh sing padha nyatakne
Yen to geni ngurubake semangate
Yen to banyu nukulake patriote

            Penggalan bait tembang jawa tentang kota Blitar di atas lah yang akan menghantarkan penulis menuliskan paragrap berikutnya, Blitar kota kecil dengan sejuta pelajaran sejarah, budaya dan semangat masyarakatnya. Sehingga tidak heran jika kota Blitar banyak menjadi buah bibir (kembang lambe) orang-orang sekitaran Kabupaten Blitar dan banyak yang ingin datang ke kota Patria untuk membuktikan langsung.
            Berawal dari rutinitas tahunan yang diadakan oleh Pusat Kajian Filsafat dan Theologi (PKFT) Tulungagung, saya – penulis bisa menginjakan kaki dikota Blitar khususnya Desa Semen Kecamatan Gandusari Kabupaten Blitar dengan tujuan “kampung Pengetahuan”.  Pertama memasuki Desa Semen saya dan teman-teman PKFT disuguhi pemandangan alam yang indah dan terlihat dari jalan, persawahan milik petani dengan berbagai macam tanaman yang Nampak sangat hijau dan segar. Yang lebih memukau lagi dengan ditambah jernihnya mata iar sungai yang mengalir disepanjang pinggiran persawahan.
            Dengan pengamatan kaca mata penulis di atas, saya – penulis  jadi teringat kampung halaman-nya (Magetan) dimana juga terdapat tanah yang tidak kalah humus dan gembur sehingga banyak tanaman yang tumbuh subur dan hijau disana.
            Namun, ada satu yang membuat penulis iri dengan Desa Semen ini yaitu kerukunan dan loyalitas masyarakatnya dalam membangun desa. sampai-sampai desa ini menjadi Kampung Wisata Ekologis (KWE), sebauh kampung yang dihuni kurang lebih 300 kepala keluarga ini bukan  hanya memiliki satu keyakinan, dalam artian mereka ada yang beragamakan Islam, Kristen dan Hindu kesemuanya bernaungkan dalam satu atap yaitu Desa Semen. Mereka hidup saling berdampingan namun tidak ada yang mempermalasahkan dari perbedaan keyakinan tersebut. Mereka tetap hidup rukun dan saling gotong royong untuk membangun desa.
             KWE merupakan hasil kreatifitas dan keuletan masyarakat Desa Semen dalam membangun desa. dulu hanya nampak seperti desa-desa biasa saja namun sekarang sudah disulap menjadi kampung ekologis. KWE yang dulu hanya beranggotakan segelintir orang pecinta alam yang memiliki inisiatif untuk mengembangkan tanaman anggrek hasil dari pemungutannya dialam kini sudah lebih maju dan mengembangkan sayapnya seperti sudah adanya kelompok tani, kelompok peternak sapi perah, mendo Aji, dan kelinci ta’awun.  Dari semuanya itu merupakan bentukan dari yang dulunya belum ada dan sekarang menjadi ada. Maksudnya dulu yang kebanyakan masyarakat Desa Semen hanya sibuk dengan pekerjaan ladangnya namun sekarang mereka bisa lebih dipadatkan dengan adanya sector-sektor baru tersebut. Meskipun dari kesemuanya itu adalah hal yang baru tapi, masyarakat Desa Semen juga tidak meninggalkan hal yang sudak ada. Seperti halnya mereka tetap nguri-nguri budaya yang telah ada seperti budaya Jaranan, Langgeng Beksan, Wayang Kulit, Wayang Orang, Mocopat dan tari-tarian Tradisionol.
            Dengan melihat kearifan budaya local dan kekayaan alamnya itu tidak jarang orang luar daerah yang datang untuk melakukan stady banding ke desa tersebut. Bahkan katanya dulu ada mahasiswa sosiologis dari Universitas Brawijaya malang yang menjadikan KWE sebagai laboratorium sosiologis luar biasa bukan.
            Kunci dari semuanya itu adalah keapikan masyarakatnya dalam merangkul seluruh aspek penduduk desa baik dari latar belakang tertentu maupun dari perbedaan yang ada. Sehingga mereka tidak udur-uduran dan saling menyalahkan. Dan berkat itu semua mereka mampu menciptakan kampung yang memang benar-benar berkwalitas luar biasa.
            Seandainya saja masyarakat desa tempat tinggal saya memiliki kesadaran yang sedemikian rupa, pastilah sekarang Desa Joso Kecamatan Panekan Kabupaten Magetan sudah menjadi bahan bibir dan sorotan media.
            Mungkin hanya itu saja yang dapat otak udang ini sampaikan mengingat keterbatasan yang dimiliki sehingga nanti jika kalian datang ke Kampung Wisata Ekologis ini kalian bisa belajar lebih banyak dan kalian juga bisa bertanya-tanya tentang KWE diseketariatan Puspa Jagad yang berada di Desa Semen.
            Berhubung saya datang ke-sana tidaklah sendirian dan mungkin mereka juga telah menuliskan hasil dari pengamatan dan belajar mereka masing-masing sehingga nantinya mereka akan balik menandai saya dan tentunya dengan gaya bahasa khas mereka sendiri sehingga akan terciptalah tulisan-tulisan yang lebih beragam dari Kampung Wisata Ekologis (KWE) ini.





“penulis adalah santri Pusat Kajian Filsafat dan Theologi (PKFT)Tulungagung, dan juga pelajar aktif dalam dunia literasi. Penulis berasaal dari Magetan Jawa Timur”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar